Senin, 24 Mei 2010

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/2/TWP_Pulau_Pieh

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/2/TWP_Pulau_Pieh

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/4/TWP_KEPULAUAN_KAPOPOSANG

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/3/TWP_GILI_AYER_GILI_MENO_GILI_TERAWANGAN

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/4/TWP_KEPULAUAN_KAPOPOSANG

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/3/TWP_GILI_AYER_GILI_MENO_GILI_TERAWANGAN

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/5/TWP_LAUT_BANDA

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/5/TWP_LAUT_BANDA

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/6/SAP_KEPULAUAN_ARU_TENGGARA

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/6/SAP_KEPULAUAN_ARU_TENGGARA

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/7/TWP_KEPULAUAN_PADAIDO

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/7/TWP_KEPULAUAN_PADAIDO

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/8/SAP_RAJA_AMPAT

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/8/SAP_RAJA_AMPAT

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/9/SAP_WAIGEO_P.PANJANG

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/9/SAP_WAIGEO_P.PANJANG

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/10/TNP_LAUT_SAWU

http://kkpindonesia.multiply.com/photos/album/10/TNP_LAUT_SAWU

Senin, 17 Mei 2010

Pesona Alami Mangrove dan Terumbu Karang Gili Sulat dan Gili Lawang

Pesona Alami Mangrove dan Terumbu Karang

Lombok – Mangrove dan terumbu karang, sebuah pemandangan alami yang sangat mengesankan. Kedua ekosistem ini bisa diperoleh sekaligus dengan mengunjungi Gili Sulat dan Gili Lawang, di Pulau Lombok. Pemandangan yang sungguh natural dan sangat indah.
Gili Sulat dan Gili Lawang, nyaris belum dikenal sebagai lokasi wisata. Dua pulau yang terletak di sebelah timur bagian utara Pulau Lombok ini, merupakan bagian Desa Sambelia, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur.
Untuk mencapai Desa Sambelia, butuh sekitar dua jam perjalanan dari Senggigi. Ini perjalanan yang melelahkan dan membosankan karena sepanjang jalan kita hanya disuguhi pemandangan rumah-rumah penduduk.
Informasi menyebutkan desa di kawasan ini mempunyai potensi wisata alam berupa pantai pasir putih, terumbu karang, dan mangrove. Di sana, pengunjung juga dapat melakukan aktivitas snorkling dan menyelam. Tentu saja, informasi itu membuat perjalanan yang melelahkan terabaikan. Tiba di Desa Sambelia, untuk menuju kedua pulau itu kami ternyata masih harus menyeberang lagi.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lombok Timur M Aminullah yang menyertai perjalanan kami mengatakan akan menyambangi Gili Sulat sebelum menuju Gili Lawang. Dua speedboat sudah menunggu. Dari pantai terlihat rumah apung yang dicat warna kuning dan biru saat menuju Gili Sulat. Gili Sulat dan Gili Lawang tampak membentang kehijauan dari pantai. Dua pulau itu dari kejauhan tampak seolah-olah menyatu.
Hanya dalam 10 menit speedboat mulai mendekati Gili Sulat. Sungguh menakjubkan. Mata dan telinga kami langsung disuguhi pemandangan alami sebuah hutan mangrove (bakau) yang jarang terdapat di Nusa Tenggara Barat (NTB). Yang tampak di sekeliling kami hanya hamparan hutan bakau, dan hampir seluruh pulau tertutup vegetasi hutan bakau ini. Untuk masuk ke dalam hutan bakau ini terdapat jembatan setapak dari kayu yang dapat kami susuri.
Tak ada deru suara kapal. Senyap. Yang terdengar hanya kicauan burung aneka suara dan warna, ditingkahi lengkingan suara monyet memanjakan telinga. Menurut Aminullah, di dalam hutan bakau ini terdapat aneka jenis burung laut, monyet, dan kelelawar.
Bahkan, katanya lagi, ada jalan khusus yang dapat menyusuri rimbunnya mangrove dengan menggunakan speedboat. Sayangnya, jalur itu hanya bisa dilalui kalau air sedang pasang, kalau tidak kapal akan karam.
Aminullah menerangkan, Gili Sulat dan Gili Lawang telah ditetapkan sebagai Kawasan Konversi Laut Daerah sesuai dengan SK Bupati Nomor 188.45/452/K/P/2004 tanggal 16 September 2004 dengan nama Kawasan Gili Sulat dan Gili Lawang.
“Karena menjadi kawasan konservasi, sehelai daun pun tidak boleh diambil dari hutan bakau ini. Hutan ini hanya diperkenankan untuk kepentingan penelitian,” katanya.
Ekosistem hutan bakau di Lombok Timur mencapai 1.494 hektare. Dari jumlah itu, Gili Sulat dan Gili Lawang merupakan kawasan hutan bakau alami dan terbaik di Pulau Lombok sehingga sangat cocok untuk ekoturisme. “Saat ini yang banyak berkunjung adalah para peneliti dan mahasiswa,” jelasnya.
Ketua Tim Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) M Ridwan yang juga ikut dalam perjalanan menjelaskan ada 17 jenis mangrove di Gili Sulat. Bahkan ditengarai, mangrove Gili Sulat menduduki nomor lima terbanyak jenisnya di dunia.
Jenis-jenis bakau yang terdapat di Gili Sulat dan Gili Lawang di antaranya rhizophora apiculata, rhizophora stylosa, rhizophora mucronata, bruguiera gemnorrhyza, sonneratia alba, ceriops tagal, luminitzera recemosa, dan avicenia marina.
Aminullah mengungkapkan sebelum ditetapkan menjadi daerah konservasi, Gili Sulat dan Gili Lawang menjadi lokasi pencurian kayu mangrove dan penangkapan ikan dengan potasium sehingga merusak terumbu karang. “Oleh karena itu untuk mempertahankan sumber daya kelautan dan mencegah kerusakan terumbu karang, tempat ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi,” katanya.

Lintasan Paus
Setelah puas menjelajahi hutan bakau, Gili Lawang sudah menanti kehadiran kami. Keindahan Gili Lawang, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Gili Sulat. Bedanya, Gili Lawang hanya 60 persennya yang diliputi hutan bakau, sisanya adalah daratan.
Akan tetapi saat mengarungi tengah lautan di sekitar Gili Lawang, tiba-tiba speedboat berhenti. Ridwan menunjukkan terumbu karang yang terhampar terlihat sangat jelas dan dekat dari atas kapal. Jernihnya air laut membuat pemandangan terumbu karang itu tampak sangat indah. Ada karang biru, karena warnanya biru, dan karang piring, karena bentuknya yang seperti piring. Ada juga karang merah, karang kuping, dan karang meja. Semua penyebutan itu diberikan karena bentuknya. Ikan-ikan hias berwarni-warni bermain-main bebas di antara terumbu karang.
Menurut data, terumbu karang seluas 3.210 hektare membentang hampir separuh dari garis pantai Lombok Timur. Bahkan Ridwan mengatakan, laut di sekitar Gili Sulat dan Gili Lawang menjadi perlintasan ikan paus di sekitar awal Januari. Itu terjadi karena musim dingin di sebelah utara. “Bahkan pernah terjadi paus terdampar di sekitar pulau ini,” tuturnya.
Tidak hanya Sulat dan Lawang. Desa Sambelia masih memiliki pulau-pulau yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Coba saja ke Gili Petagang dan Gili Lampu dengan pantai dan pasir putih, serta terumbu karang yang di dalamnya dijumpai berbagai jenis ikan hias.
Selain itu juga ada Gili Bidadari, yang kondisi terumbu karangnya masih bagus. Gili Perama dan Gili Kapal jua mempunyai pantai yang bersih dan pasir putih lembut. Hasrat ke Lombok tidak akan pernah berhenti. Hati dan jiwa ini tertangkup dalam takjub yang tidak ada habisnya.

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0707/19/kesra04.html

sumber: http://www.unram.ac.id/2010/05/01/pesona-alami-mangrove-dan-terumbu-karang-gili-sulat-dan-gili-lawang/

Pesona Alami Mangrove dan Terumbu Karang Gili Sulat dan Gili Lawang

Pesona Alami Mangrove dan Terumbu Karang

Lombok – Mangrove dan terumbu karang, sebuah pemandangan alami yang sangat mengesankan. Kedua ekosistem ini bisa diperoleh sekaligus dengan mengunjungi Gili Sulat dan Gili Lawang, di Pulau Lombok. Pemandangan yang sungguh natural dan sangat indah.
Gili Sulat dan Gili Lawang, nyaris belum dikenal sebagai lokasi wisata. Dua pulau yang terletak di sebelah timur bagian utara Pulau Lombok ini, merupakan bagian Desa Sambelia, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur.
Untuk mencapai Desa Sambelia, butuh sekitar dua jam perjalanan dari Senggigi. Ini perjalanan yang melelahkan dan membosankan karena sepanjang jalan kita hanya disuguhi pemandangan rumah-rumah penduduk.
Informasi menyebutkan desa di kawasan ini mempunyai potensi wisata alam berupa pantai pasir putih, terumbu karang, dan mangrove. Di sana, pengunjung juga dapat melakukan aktivitas snorkling dan menyelam. Tentu saja, informasi itu membuat perjalanan yang melelahkan terabaikan. Tiba di Desa Sambelia, untuk menuju kedua pulau itu kami ternyata masih harus menyeberang lagi.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lombok Timur M Aminullah yang menyertai perjalanan kami mengatakan akan menyambangi Gili Sulat sebelum menuju Gili Lawang. Dua speedboat sudah menunggu. Dari pantai terlihat rumah apung yang dicat warna kuning dan biru saat menuju Gili Sulat. Gili Sulat dan Gili Lawang tampak membentang kehijauan dari pantai. Dua pulau itu dari kejauhan tampak seolah-olah menyatu.
Hanya dalam 10 menit speedboat mulai mendekati Gili Sulat. Sungguh menakjubkan. Mata dan telinga kami langsung disuguhi pemandangan alami sebuah hutan mangrove (bakau) yang jarang terdapat di Nusa Tenggara Barat (NTB). Yang tampak di sekeliling kami hanya hamparan hutan bakau, dan hampir seluruh pulau tertutup vegetasi hutan bakau ini. Untuk masuk ke dalam hutan bakau ini terdapat jembatan setapak dari kayu yang dapat kami susuri.
Tak ada deru suara kapal. Senyap. Yang terdengar hanya kicauan burung aneka suara dan warna, ditingkahi lengkingan suara monyet memanjakan telinga. Menurut Aminullah, di dalam hutan bakau ini terdapat aneka jenis burung laut, monyet, dan kelelawar.
Bahkan, katanya lagi, ada jalan khusus yang dapat menyusuri rimbunnya mangrove dengan menggunakan speedboat. Sayangnya, jalur itu hanya bisa dilalui kalau air sedang pasang, kalau tidak kapal akan karam.
Aminullah menerangkan, Gili Sulat dan Gili Lawang telah ditetapkan sebagai Kawasan Konversi Laut Daerah sesuai dengan SK Bupati Nomor 188.45/452/K/P/2004 tanggal 16 September 2004 dengan nama Kawasan Gili Sulat dan Gili Lawang.
“Karena menjadi kawasan konservasi, sehelai daun pun tidak boleh diambil dari hutan bakau ini. Hutan ini hanya diperkenankan untuk kepentingan penelitian,” katanya.
Ekosistem hutan bakau di Lombok Timur mencapai 1.494 hektare. Dari jumlah itu, Gili Sulat dan Gili Lawang merupakan kawasan hutan bakau alami dan terbaik di Pulau Lombok sehingga sangat cocok untuk ekoturisme. “Saat ini yang banyak berkunjung adalah para peneliti dan mahasiswa,” jelasnya.
Ketua Tim Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) M Ridwan yang juga ikut dalam perjalanan menjelaskan ada 17 jenis mangrove di Gili Sulat. Bahkan ditengarai, mangrove Gili Sulat menduduki nomor lima terbanyak jenisnya di dunia.
Jenis-jenis bakau yang terdapat di Gili Sulat dan Gili Lawang di antaranya rhizophora apiculata, rhizophora stylosa, rhizophora mucronata, bruguiera gemnorrhyza, sonneratia alba, ceriops tagal, luminitzera recemosa, dan avicenia marina.
Aminullah mengungkapkan sebelum ditetapkan menjadi daerah konservasi, Gili Sulat dan Gili Lawang menjadi lokasi pencurian kayu mangrove dan penangkapan ikan dengan potasium sehingga merusak terumbu karang. “Oleh karena itu untuk mempertahankan sumber daya kelautan dan mencegah kerusakan terumbu karang, tempat ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi,” katanya.

Lintasan Paus
Setelah puas menjelajahi hutan bakau, Gili Lawang sudah menanti kehadiran kami. Keindahan Gili Lawang, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Gili Sulat. Bedanya, Gili Lawang hanya 60 persennya yang diliputi hutan bakau, sisanya adalah daratan.
Akan tetapi saat mengarungi tengah lautan di sekitar Gili Lawang, tiba-tiba speedboat berhenti. Ridwan menunjukkan terumbu karang yang terhampar terlihat sangat jelas dan dekat dari atas kapal. Jernihnya air laut membuat pemandangan terumbu karang itu tampak sangat indah. Ada karang biru, karena warnanya biru, dan karang piring, karena bentuknya yang seperti piring. Ada juga karang merah, karang kuping, dan karang meja. Semua penyebutan itu diberikan karena bentuknya. Ikan-ikan hias berwarni-warni bermain-main bebas di antara terumbu karang.
Menurut data, terumbu karang seluas 3.210 hektare membentang hampir separuh dari garis pantai Lombok Timur. Bahkan Ridwan mengatakan, laut di sekitar Gili Sulat dan Gili Lawang menjadi perlintasan ikan paus di sekitar awal Januari. Itu terjadi karena musim dingin di sebelah utara. “Bahkan pernah terjadi paus terdampar di sekitar pulau ini,” tuturnya.
Tidak hanya Sulat dan Lawang. Desa Sambelia masih memiliki pulau-pulau yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Coba saja ke Gili Petagang dan Gili Lampu dengan pantai dan pasir putih, serta terumbu karang yang di dalamnya dijumpai berbagai jenis ikan hias.
Selain itu juga ada Gili Bidadari, yang kondisi terumbu karangnya masih bagus. Gili Perama dan Gili Kapal jua mempunyai pantai yang bersih dan pasir putih lembut. Hasrat ke Lombok tidak akan pernah berhenti. Hati dan jiwa ini tertangkup dalam takjub yang tidak ada habisnya.

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0707/19/kesra04.html

sumber: http://www.unram.ac.id/2010/05/01/pesona-alami-mangrove-dan-terumbu-karang-gili-sulat-dan-gili-lawang/