Minggu, 16 September 2012

KKP AJAK MENPAREKRAF KELOLA PADAIDO UNTUK WISATA BAHARI

Padaido-Biak, 16 September 2012, Usai menghadiri puncak acara Sail Morotai, rombongan Menteri Kelautan dan Perikanan tiba di Kabupaten Biak, disambut oleh Bupati Biak beserta jajarannya. Konjungan ke Biak ini menjadi nostalgia untuk menikmati keindahan Taman Wisata Perairan (TWP) Padaido. Ikut dalam robongan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Eka Pangestu. Marie dijadwalkan menengok resort wisata dan snorkeling menikmati keindahan pesona bawah laut kawasan konservasi TWP Padaido yang menyimpan sejarah perang dunia ke-dua ini. Kunjungan bersama ini diharapkan menciptakan sinergi program konservasi dan pariwisata untuk menorong pertumbuhan ekonomi di Biak Numfor.

16 September, Tepat pukul 05.30 pagi waktu papua, rombongan berangkat menuju Yapen, menikmati rimbunnya hutan tropis yang berdampingan dengan  keindahan ekosistem pesisir Inggrisau – Yapen. Pantai ini menjadi  tempat bagi 4 jenis penyu (hijau, sisik, lekang dan belimbing) menetaskan generasinya. Di tempat ini, Sharif menyampaikan apresiasi kepada masyarakat Kampung Sawendui, khususnya kepada Saireri Paradise Foundation (SPF), yang dibina Yoris Raweyai. Yayasan SPF ini telah menggerakkan partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi penyelamatan penyu di Pantai Inggrisau.

Melihat rangkaian keunikan dan upaya yang telah dilakukan masyarakat ini, Sharif menghimbau Pemda Yapen untuk segera melakukan identifikasi potensi keunikan ekosistem wilayah pesisir dan laut Sawendui dan menetapkaanya sebagai Kawasan Konservasi. Kawasan ini dapat dirangkai dengan keindahan ekosistem hutan tropis pantai dengan atraksi cendrawasihnya yang sangat unik. Wilayah hutan ini satu rangkaian ekosistem dengan kawasan pesisir, jadi dapat dijadikan satu kawasan konservasi wilayah pesisir berbarengan dengan upaya konservasi penyu. “Ini cocok dijadikan Taman Pesisir” lanjut Sharif menjelaskan.

Setelah melepas tigaratus limapuluh-an anak penyu (tukik) ke samudera dan puas menikmati keindahan pesisir Yapen, rombongan kembali bergerak dengan perahu menuju Desa Pasi, Distrik Aimando – Padaido Atas, sebuah tempat yang Indah bagian dari wilayah Taman Wisata Perairan Padaido. Keindahan dan kedamaian kampung ini menambah kesan kedua Menteri dan rombongan. Sungguh luar biasa anugerah Tuhan yang telah diberikan kepada masyarakat Papua ini.

Anugerah sumberdaya laut dan perikanan yang telah Tuhan berikan kepada kita, tentu tidak hanya untuk dinikmati saat ini saja, tetapi juga harus dipikirkan bagaimana keberlanjutannya bagi generasi mendatang untuk anak cucu. Salah satunya, potensi kawasan Taman Wisata Perairan Padaido - Biak, yang saat ini dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan diharapkan dapat mendukung keberlanjutan sumberdaya ikan dan dimanfaatkan untuk tujuan wisata bahari yang mensejahterakan masyarakat Biak secara berkelanjutan.

Taman Wisata Perairan (TWP) Padaido merupakan kawasan konservasi perairan seluas 183.000 hektar yang ditetapkan Menteri Kelautan dan Perikanan melalui nomor Kep.68/MEN/2009 pada tanggal 3 September 2009. Kawasan konservasi ini merupakan kawasan yang sebelumnya dikelola Kementerian Kehutanan dan kemudian diserahterimakan pengelolaannya kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI melalui Berita Acara  Berita Acara Serah Terima Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dari Departemen Kehutanan kepada Departemen Kelautan dan Perikanan Nomor: BA. 01/Menhut-IV/2009 – BA. 108/MEN.KP/III/2009, tanggal 4 Maret 2009.

Keindahan Taman Wisata Perairan Padaido akan lebih tereksplorasi melalui kegiatan wisata selam maupun snorkelling. Ada banyak biota laut khas, diantaranya ada 95 spesies koral dan 155 spesies ikan, termasuk Ikan Pari Manta yang indah. Ikan pari manta ini populasinya kian menurun, disamping karena lamanya proses berkembangbiak (masa kehamilan selama 12 bulan), juga dikarenakan perburuan oleh manusia. Di Taman Wisata Perairan ini juga terdapat gua bawah laut yang menarik untuk dieksplorasi oleh wisatawan. Lokasi penyelaman yang tidak kalah indah terdapat di Pulau Wundi dan Pulau Urek.

Dari bawah laut, kita juga bisa sekaligus berwisata sejarah. Karena di Kepulauan Padaido terdapat lokasi jatuhnya pesawat pembom Catalina milik sekutu saat perang dunia ke-2. Sensasi menyelam semacam ini tentu saja tidak bisa kita rasakan di tempat lain. Selain indah di laut, kepulaua padaido juga memiliki keindahan dan kekhasan di darat dari perspektif budaya dan adat. Masyarakat kepulauan padaido memiliki budaya tradisional antara lain rumah adat yang disebut Rum Sram dan Rum Som, Tarian Yospan, dan adat perkawinan Sanepen. Rumsom merupakan rumah yang didiami ayah dan ibu senior dengan anak laki-laki yang sudah menikah. Sementara itu, Rumsrom adalah rumah bagi pemuda yang sudah saatnya menikah sehingga tidak boleh lagi tidur/tinggal bersama orangtuanya.. Sementara itu tarian Yospan adalah tarian penyambutan bagi para pendatang yang tiba di wilayah kepulauan Padaido

Pada kesempatan ini, Menteri Kelautan dan Perikanan juga mengapresiasi pencadangan kawasan konservasi perairan Daerah Kabupaten Biak, yang sekaligus memperluas wilayah konservasi di perairan kepulauan Padaido, Owi dan sekitarnya. Wilayah ini menyimpan potensi keindahan bawah air, berupa terumbu karang, berbagai jenis ikan  termasuk adanya situs bangkai-bangkai kapal laut, pesawat terbang, dan tank yang karam, warisan perang dunia ke-2. Besi-besi tua itu kini menjadi tempat hidup terumbu karang yang menjadi tumpuan seluruh kehidupan laut.  “Kawasan-kawasan konservasi ini selanjutnya dapat dikelola secara kolaboratif antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat” himbau Sharif.

Sharif kembali menegaskan bahwa konservasi bukanlah upaya instan yang bisa kita nikmati saat ini juga, namun KKP sangat menyambut baik setiap langkah konservasi semacam ini yang pada muaranya nanti akan mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Konservasi saat ini telah menjadi fokus penting sebagai harmonisasi kepentingan ekonomi dan kelestarian sumberdaya dalam mendukung perikanan yang berkelanjutan. Upaya ini sekaligus menjadi perwujudan kebijakan Ekonomi Biru yang kita gagas.  Ekonomi Biru (Blue Economy) melalui upaya konservasi diyakini dapat mendorong keberlanjutan stok ikan, menjamin ekosistem dan kesehatan lingkungan, mendorong pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya secara efektif dan berkelanjutan. Apalagi, tahun depan Indonesia akan menjadi tuan rumah terkait Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik APEC yang menitikberatkan pada ekonomi biru. Seiring dengan itu, maka prinsip ekonomi biru  harus menjadi salah satu agenda utama yang akan dibahas oleh forum APEC. Titik penting yang diangkat adalah bahwa Indonesia serius akan membawa diskusi Ekonomi Biru pada tingkat bilateral dan multilateral.

Wujud nyata upaya konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil, bagi kesejahetraan masyarakat, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melaksanakan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP), yang salah satu lokasinya di Kabupaten Biak Numfor ini. Melalui program ini, aktifitas pengelolaan kawasan konservasi perairan dilakukan secara kolaboratif berbasis masyarakat, berbagai mata pencaharian alternatif dikembangkan, monitoring kondisi kesehatan ekosistem terumbu karang dilakukan secara berkala, serta meningkatkan  kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya secara lestari dan berkelanjutan. Banyak kegiatan yang telah dilaksanakan dan tidak sedikit kucuran dana yang telah dialirkan dalam rangka progarm ini dapat mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan yang efektif.

Sejak tahun 2005 hingga 2011, lebih dari 54 miliar (54.642.705.000) anggaran COREMAP dialokasikan di Biak Numfor, dan terrealisasi tidak kurang dari 40 Milyar (40.203.990.861). Secara khusus, keberhasilan program COREMAP II telah mendapat apresiasi dari Bank Dunia dengan hasil yang Memuaskan/Satisfactory.

Sharif menyatakan bahwa Program ini akan dilanjutkan, saat ini usulan program COREMAP-CTI sedang digodog dengan pihak donor.  Mudah-mudahan sudah dapat dimulai Oktober tahun 2013. Untuk itu “Saya minta komitmen dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Biak, melalui Dinas Kelautan dan Perikanan agar dapat konsisten melanjutkan pelaksanaan program ini nantinya dengan baik dan bertanggungjawab” pinta Sharif.

Program COREMAP II memang telah berakhir tahun 2011 kemarin, dan secara khusus ada tambahan dukungan Pusat untuk penguatan pengelolaan kawasan konservasi di Taman Wisata Perairan Padaido, tidak kurang dari 2 Milyar. Berbagai fasilitas dan infrastruktur pendukung pengelolaan, seperti pusat informasi, peralatan komunikasi, kapal pengawasan, alat selam dan monitoring sumberdaya, serta berbagai peralatan pendukung lain telah direalisasikan sejak tahun 2009 kawasan ini diserahkan dari Kementerian Kehutanan, salah satunya floating jetty di Desa Pasi ini, yang dapat digunakan Masyarakat setempat dalam membantu menjalankan aktifitasnya. Untuk penguatan kelembagaan, Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini telah menempatkan SDM Pengelola Taman Wisata Perairan Padaido yang merupakan bagian dari BKKPN Kupang.

Dalam sambutannya, Menteri Kelautan dan Perikanan menuturkan bahwa beberapa waktu lalu, telah menggandeng sejumlah jurnalis untuk menyusun buku tentang wisata bahari, sebagai buah dari upaya konservasi termbu karang dan pengelolaan wilayah pesisir di lokasi-lokasi program COREMAP II, salah satunya di Kabupaten Biak ini, yang diberi judul: “NOSTALGIA BIAK”. Upaya ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke kawasan konservasi ini, serta keindahan alam dan kekayaan sumberdaya laut Biak Numfor dapat terekspose lebih luas lagi untuk mendongkrak wisata bahari.

Secara khusus, Sharif berharap kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif dapat menindaklanjuti dan mendukung upaya pengelolaan kawasan konservasi perairan secara efektif melalui pemanfaatan wisata bahari yang berkelanjutan. Ajakan ini disambut baik oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Marie Eka Pangestu. Marie menambahkan bahwa upaya ini sejalan dengan programnya mengembangkan DESA WISATA.  “Kawasan konservasi ini juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti  penelitian, pelatihan, pendidikan lingkungan, bisnis, pariwisata, pemberdayaan ekonomi  masyarakat, maupun pemanfaatan jasa lingkungan lainnya secara dioptimal dengan tidak melupakan fungsi konservasi yang sesungguhnya” Imbuh Sharif.

Bersamaan dengan kegiatan pada hari ini juga, Kementerian Kelautan dan Perikanan menyampaikan sejumlah bantuan antara lain berupa Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan tangkap sebanyak 14 paket senilai 1,4 Milyar. Bantuan penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan senilai Rp.1,394.500.000 dengan perincian : bantuan penyelenggaran pendidikan senilai Rp. 1,205.000.000,-(STP 4 orang, APSOR 13 orang dan SUPM 45 orang), serta bantuan penyelenggaraan penyuluhan sejumlah Rp. 189.500.000,-.  Keseluruhan bantuan yang diserahkan ke masyarakat sejumlah Rp. 2,605.000.000,-

Bantuan yang diserahkan secara simbolis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan ini merupakan bukti nyata bahwa Pemerintah sangat mendukung pengembangan dan pengelolaan perikanan dan kelautan di Kabupaten Biak. Bantuan ini diharapkan dapat lebih mendorong peningkatan produksi dan nilai tambah dari produk kelautan dan perikanan yang dihasilkan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta bersinergi dengan upaya konservasi sumberdaya ikan bagi kesejahteraan masyarakat”. Ujar Sharif dalam sambutannya.

Selain bantuan kepada masyarakat pada kesempatan ini juga akan diserahkan bantuan 1 unit kapal operasional bagi pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Padaido dengan nilai Rp. 1,200.000.000,-.  Kapal operasional ini diharapkan dapat memperkuat upaya pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan TWP Padaido.

Sinergi Konservasi, Pariwisata dan Ekonomi yang didukung dengan keterpaduan berbagai pihak, yakni pemerintah/pemerintah daerah masyarakat, LSM (baik lokal maupun internasional), para tokoh masyarakat, masyarakat adat serta para usahawan untuk bekerjasama sekaligus meningkatkan komitmen untuk melindungi dan melestarikan sumberdaya ikan kita, untuk kemudian  dikelola secara lestari dan dimanfaatkan secara bertanggungjawab untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.. (kkji)

Tidak ada komentar: